Selasa, 06 Desember 2011

Pendidikan Indonesia Berlumur Dosa dari Akar Hingga Buah


Akhir-akhir ini institusi pendidikan di Indonesia semakin dituntut untuk menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas itu sendiri didefinisikan sebagai sesuai dengan kebutuhan pasar lapangan kerja. Kurikulum-kurikulum pendidikan yang dibuat, universitas- universitas yang didirikan adalah untuk mencetak masyarakat yang siap dimanfaatkan oleh pasar.
Orientasi pendidikan yang sejatinya sebagai proses pembentukan kepribadian dan pendewasaan kedepannya akan berubah menjadi alat produksi yang penekanannya fokus untuk menyediakan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar, lebih tepatnya kebutuhan para kapitalis/pemilik modal.

Senin, 03 Oktober 2011

Sekolah Ideal Untuk Anak


Sekolah adalah salah satu pihak yang berperan dalam proses pendidikan anak, selain orangtua dan lingkungan kehidupan. Keberadaan tiga pihak ini tidak bisa dipisahkan. Baik-buruknya masa depan anak ditentukan oleh baik-tidaknya pendidikan yang diberikan orangtua, sekolah serta lingkungan di sekelilingnya. Kesuksesan anak tidak bisa hanya ditentukan oleh salah satu pihak saja.
Pihak yang memiliki kewajiban pertama dan utama dalam mendidik anak adalah orangtua, baik secara langsung ataupun mewakilkannya kepada pihak lain. Apabila orangtua abai terhadap pendidikan dasar yang benar bagi anak-anak mereka, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban atas kelalaian ini. Akibat yang akan diperoleh di dunia adalah pertaruhan masa depan anak. Padahal Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap orang beriman untuk menjaga dirinya dan keluarganya termasuk anak-anaknya dari api neraka (QS at-Tahrim [66]: 6).

Selasa, 17 Mei 2011

Pendidikan Karakter Kebangsaan, Akankah Menyelamatkan Generasi Bangsa ?


Dunia remaja dan pelajar Indonesia hingga saat ini masih tetap diwarnai tawuran, kriminalitas, kekerasan, pergaulan bebas, miras dan obat terlarang.  Tentunya, menjadi pertanyaan besar bagi kita semua ada apa dengan pendidikan generasi kita? Dsisi lain, ada fakta bahwa remaja kita berdasar pada hasil survei lembaga swasta baru-baru ini, sebanyak 48,9 persen pelajar di Jakarta bersedia melakukan kekerasan terkait isu agama dan moralitas (vivanews.com, 1 Mei 2011).  Kasus bob yang melibatkan pemuda, pelaku dan korban cuci otak dari kalangan pemuda, dan juga kondisi buruk dunia remaja, memunculkan kembali pemikiran tentang perlunya peserta didik mendapatkan pendidikan karakter ke-Indonesiaan. Karena itulah, pendidikan karakter kebangsaan dicanangkan pada peringatan Hardiknas tahun 2011 lalu.
Masalahnya, benarkah yang dibutuhkan oleh generasi bangsa ini adalah pendidikan karakter kebangsaan? Apakah sudut pandang kebangsaan yang menjadi acuan pemerintah tersebut akan efektif untuk membangun dan memajukan bangsa?  Bagaimana sebenarnya arah pendidikan generasi sehingga menghasilkan sumber daya yang mampu membangun bangsa?

Minggu, 27 Februari 2011

Akhlak Seorang Guru


Islam memiliki kriteria yang sangat ketat dalam persoalan guru, terutama berkaitan dengan akhlaq. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan pada mayoritas sekolah umum, yang hampir tidak pernah melihat akhlaq calon guru-gurunya, melainkan hanya melihat ijazah pendidikan akademisnya. Bahkan, untuk guru agama sekalipun, sekolah tidak merasa perlu untuk menelusuri latar belakang dan akhlaq keseharian dari sang calon guru.

Kriteria Guru Menurut Para Ulama
Untuk mengetahui lebih jauh, kita akan mencoba melihat apa saja kriteria guru dari para ulama pendidikan Islam terdahulu.

Imam al-Ghazali memiliki empat syarat utama bagi guru yakni cerdas, sempurna akalnya, baik akhlaqnya dan kuat fisiknya.